Satu-satu aku tulis disini,
sebagai media pengingat agar tetap konsisten menanamkan karakter yg baik pada anakku
1. Konsisten
Pentingnya Menjaga Konsistensi
Seorang anak menangis keras menolak untuk sikat gigi sebelum tidur. Berbagai cara sudah dilakukan oleh ibunya, membujuk, memberi pengertian, dan memberi contoh. Tapi anak itu tetap menolak. Kini, ia mulai menggunakan amukan untuk menolak "ritual" malam hari tersebut.
Malam itu udara sangat panas, si ibu sudah sangat lelah. Secara mental, ia tidak siap menghadapi tantrum anaknya itu. Makin dibujuk anak itu makin keras menangis dan tetap bersikukuh, "Mau tidur saja, tidak mau sikat gigi!"
Lalu ibu itu menatap wajah anaknya, betapa mengenaskan. Wajah buah hatinya itu sudah terlihat lelah. Suaranya serak. Ia merasa amat kasihan, dan ingin memeluknya. Ia ingin membiarkan anaknya tidak sikat gigi, lalu cepat beristirahat.
Dalam keadaan hampir frustasi dan nyaris ingin mengalah, ibu itu ingat tentang pentingnya konsisten dalam mendidik anak. Ia pun teringat, sebagai orangtua jangan takut saat menerapkan konsistensi, mungkin anak akan tantrum untuk adu kekuatan.
Ibu itu menarik nafas panjang dan hatinya menjadi sedikit ringan dan bertekad untuk tetap konsisten, namun dengan sikap tenang dan lembut, tanpa ancaman dan kemarahan. Ibu itu pun berkata, "Sayang, Bunda di sini ya, menunggu Ade. Kita hanya akan tidur kalau sudah sikat gigi. Bunda sudah siapkan buku untuk kita baca sebelum tidur." Kata ibu tersebut yang sangat tahu kegemaran anaknya, yaitu dibacakan buku.
Selama anak itu menangis, ia dan suaminya berdiskusi tentang arti penting konsistensi. Tujuannya, mereka saling menguatkan, agar tak cepat menyerah.
Si ayah lalu membuka sebuah buku cerita anak dan membacakannya isinya. Buku itu bercerita tentang buaya yang sakit gigi karena suka makan permen namun malas sikat gigi. Si anak tampak mulai tertarik dengan buku yang dibaca ayahnya. Ia masih menangis tapi suaranya sudah lebih pelan. Lalu ia berkata pada ibunya, "Bunda aku ingin dipeluk Bunda."
"Ya, bunda jg ingin peluk Ade. Bunda akan peluk kalau Ade akan tidur, tp setelah sikat gigi ya." Jawab si ibu lembut.
Tangisnya mereda lalu mendekat, "Bunda, aku mau sikat gigi," katanya, "terus aku mau dibacakan buku buaya." Si ibu bernapas lega.
Kisah di atas tentu kerap dialami para ibu. Godaan untuk melanggar aturan karena tidak tahan dgn amukan anak. Jika hal itu terjadi, selanjutnya anak akan menjadikan amukan sebagai senjata untuk memenuhi keinginannya, menolak yang tdk disukainya, dan untuk mengendalikan orangtua.
Namun jika orangtua konsisten, anak akan belajar bahwa tidak ada gunanya menangis dan ngamuk karena hanya akan membuatnya tak nyaman dan lelah.
Saat anak mengamuk, orangtua bs ttp menunjukkan easa kasih sayang dan rasa respek pada anak. Orangtua hanya menunjukkan ketidaksetujuan pada sikap anak saja, dan selalu siap menolong anak untuk ttp konsisten pd aturan yg sudah ditetapkan.
("Pentingnya Konsistensi", Mendidik Karakter dengan Karakter; Ida S. Widayanti)
Saya sangat merekomendasikan buku ini untuk menambah bekal parenting kita, agar kita bisa menjadi orang tua yang semakin baik lagi.